Langsung ke konten utama

Mengajarkan Matematika untuk Otak Anak Perempuan

Mengajarakan Matematika untuk Otak Anak Perempuan

Salah satu masalah utama dengan mengajarkan matematika untuk anak perempuan adalah bahwa beberapa masih yakin bahwa matematika terlalu sulit atau bahkan mereka tidak bisa belajar matematika. Kita sudah menganggap bahwa kurangnya keterampilan spasial bisa menjadi salah satu faktor dalam beberapa jenis matematika mengapa perempuan mengalami kesulitan dalam memahami matematika. Kami menemukan dari masala lainnya bisa jadi karena anak perempuan cenderung menggunakan  kata-kata dibandingkan simbol-simbol, yang biasa kita gunakan di matematika. Dalam mengakses ingatan verbal, ketika mereka mencoba mengingat materi dalam bab ini, kita akan menyimak apakah faktor-faktor tadi menghalangi keberhasilan dalam bermatematika layaknya budaya populer yang mempengaruhi kita untuk mempercayai itu apa adanya. Ada beberapa kekhawatiran bahwa cara belajar lisanya perempuan mungkin tidak pantas untuk beberapa kelas matematika pada umumnya yang menerapkan gaya belajar ikon-kinestatik. Secara keseluruhan, bagaimanapun, alasan-alasan mengapa perempuan tidak dapat mengerjakan matematika dengan baik tidaklah seburuk yang diduga.

Anak perempuan lebih baik dalam pekerjaan kelas dan tes buatan guru walaupun banyak masalah dengan soal berstandar. Meskipun anak perempuan tidak sebaik anak laki-laki dalam standarisasi matematika, mereka jauh lebih baik dalam standarisasi tes saat membaca. Tidak jelas mengapa demikian, karena hanya sedikit diskusi mengenai hal ini berdasarkan data terkini dan sepertinya tidak mencerminkan lingkungan sekolah saat ini-setidaknya seperti yang tercermin dalam data statistik pendidikan nasional.


A. KINERJA DALAM MATEMATIKA
     Perhatian utamanya, seperti tercermin dalam penelitian, bahwa anak perempuan memilih untuk tidak memasuki kelas matematika tingkat tinggi bahkan sebelum mereka mencobanya. Kekhawatiran yang lain adalah bahwa gadis-gadis muda, terutama yang dibawah kelas enam, masih percaya bahwa mereka tidak dapat menyelesaikan matematika dengan baik meskipun ada yang sebaliknya.

     1. Menguji Perbedaan 
        Satu teori menguji perbedaan adalah bahwa anak laki-laki dan perempuan memiliki gaya belajar yang berbeda dalam matematika dan gaya laki-laki kondusif untuk melakukan tes standar yang lebih baik. Hal ini tidak berhubungan dengan tes kecemasan namun cara siswa melakukan tes tersebut.
         a. Waktu
           Karena implusifnya, laki-laki cenderung menebak jawaban, terutama pada item pilihan ganda yang sring ditemukan pada tes standar. Selain itu, wanita lebih cenderung membandingkan barbagai pilihan dalam item pilihan ganda  dengan jawaban mereka sendiri untuk memastikan mereka telah memilih dengan benar. Karena ketelitian mereka, wanita mungkin memerlukan lebih banyak waktu dengan setiap item dan, pada tes standar, mungkin tidak dapat menyelesaikan pertanyaan dengan banyak. 
          b. Keterampilan Lisan
          Siswa dngan kemampuan lisan yang baik cenderung menggunakan kemampuan tersebut untuk memecahkan masalah. Jika cara terbaik untuk memcaahkan masalah matematika tidak melibatkan keterampilan lisan ketimbang penerapan algoritma atau penggunaan paradigma, gadis yang mempunyai kemampuan lisan mungkin memerlukan banyak waktu untuk mengubah persamaan menjadi sebuah narasi. Anak permpuan ingin memastikan mereka memiliki jawaban yang benar dan mungkin bergantung pada alat bantu memori untuk membantu mereka. Menggunakan alat bantu tersebut akan memaksimalkan peluang mereka untuk mendapatkan jawaban yang benar, namun mungkin akan meningkatkan waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan pertanyaan. 
           c. Kompetisi
               Biasanya kita tidak menganggap bahwa anak perempuan itu tidak kompetitif, tapi mereka sangat kompetitif dengan dirinya sendiri, itu disebut dengan persaingan secara tidak langsung atau ingin menjadi pribadi yang terbaik. Tes yang berwaktu dapat meningkatkan perasaan daya saing, dan jika kamu bersaing dengan diri sendiri, kamu tidak akan pernah bisa melakukannya dengan cukup baik. sifat uji standar yang berjangka waktu memberi konstrubusi pada tekanan yang mungkin dirasakan oleh anal perempuan karena taruhannya yang tinggi melibatkan untuk melakukannya dengan baik. Menggabungkan ketegangan dengan ketenggangan dalam diri anak perempuan dan persaingan secara tidak langsung dapat menyebabkan seorang anak perempuan merasa tegang dan merasa sulit untuk berfikir atau beralasan dengan baik. Mintalah anak perempuan bekerja sama dalam sebuah kelompok, agar ia dapat melakukannya dengan baik, tapi jika kelompok tersebut saling bekerja sama. Gadis cenderung berimajinasi, mereka khawatir, dan sifat itu bisa mengganggu kemampuan memecahkan masalah dengan cepat dan efesien. Dukungan sosial dapat membantu seorang anak perempuan untuk menyelasaikan suatu masalah dengan proses yang benar.

B. MENGAPA ANAK PEREMPUAN TIDAK MENYUKAI MATEMATIKA
   1. Kurang Percaya Diri
       Bagian dari masalah ini adalah bahwa anak perempuan takut akan kegagalan yang diterimanya. Ini dikarenakan adanya faktor-faktor dari dalam diri anak perempuan tersebut yang berekembang yang diperburuk oleh teman sebayanya.
   2. Kurangnya Keterampilan
       Ketika anak perempuan mengatakan mereka tidak bisa menyelesaikan masalah matematika, satu bidang yang mereka tunjuk adalah kurangnya keterampilan dalam hubungan spasial. Spasial adalah permasalahan yang pembelajaran yang mengenai ruang dan bidang, atau yang berdimensi tiga. 
   3. Perbedaan dalam Menyelesaikan Suatu Masalah
       Anak perempuan kelas satu lebih cenderung menggunakan beberapa perangkat penghitung dalam memecahkan suatu masalah, seperti jari mereka. Sedangkan laki-laki cenderung menggunakan pemikiran mereka untuk memecahkan masalah matematika. 

C. APA YANG DAPAT DILAKUKAN UNTUK MEMBANTU ?
    1. Pengenalan Awal
    2. Perubahan Sikap
        Perubahan sikap dimulai dari merubah cara padang dari keluarga, guru, maupun murid itu sendiri. Bahwa sebenarnya anak perempuan dapat memecahkan masalah matematika dengan baik.
    3.  Instruksi Lebih Jelas
    4. Fokus pada Proses, bukan Hasil
    5. Pengaruh Kerabat

D. MATEMATIKA DAN ANAK PEREMPUAN
     Banyak anak perempuan memiliki kesan bahwa matematika bukan untuk mereka ataupun tidak terlalu tertarik dengan kemampuan matematikanya. Membantu anak perempuan melihat bahwa mereka dapat melakukan matematika dengan cara sesuai dengan kemampuan belajarnya akan menunjang modal bagi mereka untuk mempelajari berbagai mata pelajaran, bukan hanya matematika. Mereka juga akan menemukan bahwa fasilitas dengan matematika berguna di berbagai bidang yang tidak mungkin terlibatkan sama sekali, seperti memecahkan masalah dengan kehidupan sehari-hari.

Komentar